Senin, 06 Mei 2013

KANKER SERVIK

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks.
Setelah terpapar HPV, sistem imun wanita biasanya mencegah virus untuk membahayakan tubuh. Pada beberapa kelompok wanita, virus ini dapat bertahan selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya mengkonversi beberapa sel pada permukaan serviks menjadi sel kanker. Setengah dari kejadian kanker serviks terjadi pada wanita diantara umur 35 dan 55.
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa kontrol dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis)
Kanker serviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis yang membentuk dasar serviks (sel skuamosa). Karsinoma sel squamosa merupakan 80% dari kasus kanker serviks. Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar yang membentuk bagian atas dari cerviks. Dapat disebut dengan adenocarcinoma, prevalensi kanker ini yaitu 15% dari kanker serviks. Kadang-kadang kedua tipe sel ditemukan pada kanker serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks namun persentasenya sangat kecil.

1. Pemeriksaan diagnostic

     a. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
     b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
     c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
     d. Biopsi 

         Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

     e. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
2. Terapi
a. Irradiasi
    1) Dapat dipakai untuk semua stadium.
    2) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
    3) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
    4) Dosis Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
  Komplikasi Irradiasi
    1) Kerentanan kandungan kencing
    2) Diarrhea
    3) Perdarahan rectal
    4) Fistula vesico atau rectovaginalis

b. Operasi

1) Memilih teknik operasi
Dalam pengangkatan rahim seseorang, dapat dilakukan pada seluruh rahim yang dikenal dengan histerektomi total atau sebagian saja yang dikenal dengan histerektomi supraservikal/sub total, hal ini sangat tergantung pada jenis tumor. Bila tumor jinak, maka sebaiknya dilakukan operasi histerektomi supraservikal/parsial atau supravaginal, sebab ada pendapat bahwa serviks (mulut rahim) diperlukan untuk kepuasan fungsi seksual, dan risiko menghindari efek psikis bagi seseorang wanita bila seluruh alat reproduksi diangkat sehingga dia beranggapan menjadi tidak sempurna lagi layaknya seorang perempuan. Hal ini hanya bisa dilakukan bila seorang wanita yang sehat serviksnya atau dengan kata lain melakukan Papsmear secara teratur. Bila hasil test Papsmear tidak normal, dapat berisiko kanker leher rahim suatu waktu. Tindakan operasi histerektomi parsial tidak dianjurkan bila suatu tumor yang berisiko ganas. Soalnya, cara ini masih menyisakan sel tumor pada bagian rahim yang tidak diangkat.
Teknik operasi histerektomi diperluas adalah suatu jenis operasi yang dilakukan pada operasi kanker leher rahim, yang masih layak dilakukan operasi. Di sini beberapa kelenjar limfa yang berdekatan dengan rahim turut juga diangkat demi meminimalkan penyebaran tumor tersebut. Sebaiknya bila Anda atau istri Anda punya rencana untuk dilakukan operasi pengangkatan rahim, maka tidak salahnya berkonsultasi dulu dengan dokter untuk memastikan jenis operasi yang dilakukan demi optimalisasi aktivitas reproduksi.
Jadi ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan untuk menangani kanker servik, antara lain :
    a) Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
    b) Operasi histerektomi vagina yang radikal
    c) Operasi histerektomi vagina yang parsial


c. Kombinasi (Irradiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

d. Cytostatika : Bleomycin

Terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

3. Pra Operasi Kanker Serviks
a. Perencanaan dan Pra Operasi
   1) Inform Consent / Surat Persetujuan Operasi
Inform consent merupakan salah satu hal penting dari persiapan operasi, di mana sebelum memberi persetujuan terhadap dokter untuk dioperasi, anda terlebih dahulu harus diterangkan mengenai :
     a) Kondisi kesehatan dan mengapa operasi ini dipilih sebagai pengobatan
     b) Tujuan operasi
     c) Bagaimana operasi itu sendiri
     d) Keuntungan operasi terhadap anda
     e) Resiko operasi
     f) Efek samping operasi

  2) Pilihan pengobatan lain.
Dengan menandatangani inform consent tersebut berarti anda sudah menerima segala informasi dan bersedia untuk dioperasi. Disarankan untuk anda membaca dan memahami dengan baik seluruh isi inform consent tersebut dan semua pertanyaan anda telah dijawab oleh dokter. Jika perlu, anda di dampingi oleh keluarga atau teman saat menandatangani inform consent.
b. Pemeriksaan Pra Operasi
Pemeriksaan pra operasi ini ditujukan untuk memeriksa apakah ada faktor resiko bagi anda untuk menjalani operasi sederhana ini, misalnya resiko pemanjangan waktu pembekuan darah yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya perdarahan abnormal. dapun pemeriksaan yang dilakukan berupa :
  1. Anamnesis : menanyakan riwayat penyakit dahulu berupa darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, alergi atau kondisi lain yang berhubungan dengan operasi.
  2. Laboratorium : Darah Lengkap (pemeriksaan darah lengkap dan faal darah). Jika pemeriksaan darah normal, maka anda akan dipersiapkan untuk melakukan operasi ; menghitung jumlah darah, resiko perdarahan dan infeksi, fungsi ginjal dan hepar dan untuk penyediaan transfusi darah saat operasi.
  3. Urinalisis : memeriksa keadaan ginjal dan adanya infeksi, X-ray dada dan EKG (elektrokardiografi) untuk memeriksa keadaan jantung dan paru.
  4. Lain - lain : CT scan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor serta penyebarannya.
Jika anda menggunakan anestesi total (bius total), maka anda akan dipertemukan dengan dokter anestesi yang akan menangani anda. Dan bukan tidak mungkin jika dokter akan meminta pemeriksaan lain yang berhubungan dengan kondisi yang mempengaruhi operasi.
Diagnose suatu penyakit diupayakan sejelas mungkin sebelum therapi pembedahan dijalankan. Dan bagi operator atau dokter Bedah sendiri, tentu tidak akan memiliki arah yang pasti di saat berlangsungnya operasi, apa bagaimana dan seberapa yang mesti dibedah jika informasi atau assessment–pendekatan ke arah diagnose pasti- belum optimal. Sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampai yang sudah canggih. Misalnya, pemeriksaan rontgen atau x-ray, pemeriksaan USG, CT scan, MRI dan pemeriksaan yang sifatnya lebih invasif, seperti x-ray atau CT scan dengan kontras, biopsi, endoscopy (colonoscopy, ureteroscopy, arthroscopy, bronchoscopy, laparoscopy dll). Memang semakin maju perkembangan teknologi, semakin canggih pula alat pemeriksaan di bidang medis yang membuat pasien semakin nyaman.


c. Persiapan Operasi
  1. Mengosongkan isi perut (lambung dan usus) dari malam sebelum operasi, dengan cara puasa makan dan minum serta penggunaan laksatif untuk mengosong isi perut. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya aspirasi (terhirup) muntahan ke paru saat dianestesi, di mana aspirasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada paru.
  2. Mencukur area yang akan dioperasi, untuk mencegah rambut masuk ke dalam area operasi dan menyebabkan terjadinya infeksi.
  3. Persiapan Fisik dan Mental
Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana seperti misalnya pembedahan pada kasus kanker serviks juga mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi.
Karena tubuh pasti akan mengalami stress pembedahan, baik dari kemampuan fungsi masing - masing organ vital maupun cedera langsung yang diterimanya, maka untuk kepentingan pembiusan agar obat - obat yang diberikan sebelum dan selama proses berlangsungnya operasi bisa direspon dengan baik, harus ada jaminan akan fungsi dan kondisi tubuh yang baik pula. Maka jika penderita akan dipersiapkan menjalani operasi dengan pembiusan umum ataupun regional pada yang berusia di atas 40 tahun diwajibkan memeriksa lab untuk mengetahui fungsi pembekuan darah, fungsi liver, ginjal, endokrin, elektrolit, status gizi dan pemeriksaan elekrokardiografi (EKG) untuk menilai keadaan jantung. Pemeriksaan - pemeriksaan tersebut termasuk pemeriksaan standard yang sebaiknya dicek secara lengkap.
Sedangkan untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses operasi.
Dari perhatian tim bedah, justru kesiapan fisik penderita yang paling penting, sebab sangat mempengaruhi sekali stabilitas kondisi tubuh selama proses operasi dan menentukan hasil pembedahan serta perawatan pasca operasinya. Sehingga untuk kasus bedah berencana yang tergolong berat dan penanganannya akan dikerjakan dalam waktu relatif lama apalagi penderita berumur di atas 40 tahun, sebaiknya penderita sudah berada di rumah sakit setidaknya satu hari menjelang pelaksanaan operasi. Sehingga baik dari kesiapan yang berhubungan dengan pembedahan maupun yang berhubungan dengan proses pembiusannya sehingga penderita betul – betul dalam keadaan optimal dan siap untuk ditempatkan di atas meja operasi.


d. Anestesi
Anestesi (bius) adalah cara untuk menghilangkan nyeri pada periode tertentu. Hal tersebut tergantung dari jenis dan lama operasi, dan ini juga mempengaruhi apakah perlu anda sadar atau tidak saat operasi berlangsung. Pilihan anestesi yang dapat anda pilih berupa :
     1) Anestesi regional
Hampir sama dengan anestesi lokal, namun area yang dibius lebih luas dan pasien juga tetap sadar. Di mana obat anestesi disuntikan pada tulang belakang, tangan atau kaki sehingga melumpuhkan sementara saraf?- saraf yang keluar dari area tersebut. Obat anestesi regional ini dapat berupa suntikan tunggal atau drip infus.
     2) Anestesi total
Anestesi total membuat seseorang jatuh dalam keadaan tak sadar, di mana obat dapat dihirup atau disuntikan. Saat anestesi total dilakukan, pipa endotrakeal akan dimasukkan melalui mulut anda untuk membantu pernafasan anda.
Dokter anestesi dan perawat akan mengawasi keadaan fungsi vital anda (tekanan darah, nadi, pernafasan) selama operasi sampai anda terbangun, juga tak lupa melepaskan pipa endotrakeal tadi.
. Post Operasi Kanker Serviks
Setelah operasi, pasien dapat merasa sedikit mual, oleh karena efek samping anestesi umum; juga nyeri dan perasaan tidak nyaman di daerah perut. Keduanya dapat dihilangkan dengan obat. Selain itu terdapat cairan / perdarahan dari vagina yang akan berkurang setelah beberapa hari. Pasien dianjurkan untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan pada hari 1 setelah operasi. Latihan ini penting untuk menghindari konstipasi (sembelit) dan gas; mengurangi resiko penggumpalan darah dan infeksi paru.
Secara umum, waktu rawat inap untuk abdominal histerektomi tanpa komplikasi adalah 3-5 hari dan 2-3 hari untuk vaginal / laparoskopik histerektomi. Waktu pemulihan pasca histerektomi tergantung dari tipe histerektomi dan individu itu sendiri. Wanita yang menjalani abdominal histerektomi secara umum akan membutuhkan 6-8 minggu sebelum mereka dapat beraktivitas seperti biasa. Sedangkan bagi wanita dengan vaginal / laparoskopik histerektomi dapat pulih dalam waktu yang lebih singkat. Waktu rawat inap untuk radikal trakelektomi adalah 2-3 hari. Kebanyaka wanita pulih sangat cepat dan jarang terjadi komplikasi.
Pasien seharusnya menghindari mengangkat barang berat, jongkok, tekanan pada luka operasi, olahraga aktif maupun penetrasi seksual selama pemulihan.
Check-up biasanya dilakukan 6 minggu setelah operasi, untuk meyakinkan bahwa segala sesuatunya sembuh dengan baik. Pasien dapat mendiskusikan apa yang dikhwatirkan dan bertanya aktivitas apa yang boleh dilakukan mulai saat itu dengan dokter yang merawat.
a. Masa Penyembuhan 
  1. Orang yang mendapat anestesi lokal dapat segera pulang, namun orang yang mendapat anestesi regional atau total harus dirawat dalam ruangan penyembuhan sampai pengaruh anestesi habis. 
  2. Orang di bawah pengaruh sisa anestesi, akan merasakan perasaan berat, sedang bermimpi dan tidak sadar sepenuhnya sampai keesokan harinya. Hal ini bergantung kondisi pra operasi dan luas operasi.
  3. Anda juga akan mendapat obat pereda nyeri selama di rumah sakit dan pada saat rawat jalan.
  4. Tenggorok anda akan terasa sedikit nyeri oleh karena pemasangan pipa endotrakeal.
  5. Anda juga akan dipasangi kateter urin untuk mengalirkan air kencing anda ke suatu tas khusus, umumnya selesai operasi kateter ini dilepas. Namun, bila ginjal bermasalah tetap dipasang. Dan para dokter atau paramedia juga akan memeriksa jumlah urin anda.
  6. Pada tubuh yang dioperasi juga akan dipasang drain untuk mengeluarkan cairan yang terkumpul akibat operasi.
  7. Anda sebaiknya makan dan minum walaupun ada perasaan tidak nafsu makan / minum, sebab hal ini mempercepat masa penyembuhan. Sebaiknya dilakukan setelah dokter menyatakan bahwa anda dapat minum dan makan (baiknya untuk minum terlebih dahulu).
Para tim perawatan anda mungkin berupaya agar anda beraktivitas setelah operasi. Hal ini ditujukan untuk mempercepat masa penyembuhan, memperlancar aliran darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (clotting) pada kaki.
b. Konsep Keperawatan
  1. Pengkajian Data dasar.
    Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
  2. Identitas pasien
    Usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir
  3. Keluhan utama
    Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
  4. Riwayat penyakit sekarang
    Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
  5. Riwayat penyakit sebelumnya
    Data yang perlu dikaji adalah Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
  6. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan buday
    Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
  7. Data khusus
    Riwayat kebidanan paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

c. Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal.
  2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
  3. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal.
  4. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca.Serviks dan pengobatannya.
  5. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.
d. Perencanaan
  1) Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervical
    a) Tujuan :
        Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik
    b) Kriteria hasil :
  • Perdarahan intra servikal sudah berkurang
  • Konjunctiva tidak pucat
  • Mukosa bibir basah dan kemerahan
  • Ektremitas hangat
  • Hb 11-15 gr %
  • Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24   X/mnt.
   c) Intervensi
      (2) Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
      (3) Cek Hb
      (4) Cek golongan darah
      (5) Beri O2 jika diperlukan
      (6) Pemasangan vaginal tampon.
      (7) Therapi IV

2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
  a) Tujuan :
      Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
  b) Kriteria hasil :
     (1) Tidak terjadi penurunan berat badan
     (2) Porsi makan yang disediakan habis
     (3) Keluhan mual dan muntah kurang
  c) Intervensi :
     (1) Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
     (2) Berika makan TKTP
     (3) Anjurkan makan sedikit tapi sering
     (4) Jaga lingkungan pada saat makan
     (5) Pasang NGT jika perlu
     (6) Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
   a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
  b) Kriteria hasil :
     (1) Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
     (2) Intensitas nyeri berkurangnya
     (3) Ekpresi muka dan tubuh rileks
 c) Intervensi :
     (1) Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
     (2) Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri
     (3) Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
     (4) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
     (5) Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
4) Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kanker
    serviks, penanganan dan prognosenya.
    a) Tujuan :
        Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker
        yang diderita, penanganan dan prognosenya.
    b) Kriteria hasil :
    (1) Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
    (2) Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
    (3) Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
    (4) Sumber-sumber koping teridentifikasi
    (5) Anastesitas berkurang
    (6) Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
  c) Tindakan :
    (1) Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya
    (2) Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara
        (a) mengentrol dirinya.
        (b) Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk,
             kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung
             yang positif).
        (c) Tunjukkan adanya harapan
        (d) Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
5) Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap
    pemberian sitostatika.
    a) Tujuan :
       Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
    b) Kriteria hasil :
       (1) Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
       (2) Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
       (3) Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
       (4) Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

   c) Intervensi :
      (1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
      (2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi,
           kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
      (3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
      (4) Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan
           kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan
           pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
      (5) Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan
           kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
      (6) Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
      (7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.
Pelaksanaan Persiapan Akhir sebelum Operasi
1. Cek gelang identifikasi
2. Lepas alat-alat/ protese (gigi palsu, soflens,dll)
3. Lepas perhiasan
4. Bersihkan cat kuku k/p
5. Kolaborasi dengan dokter: pasang infus, kateter menetap, skintest antibiotika
6. Cek kelengkapan status :
Persiapan status pasien
Cek persiapan kulit
Cek tanda vital, BB dan TB
Obat-obat Premidikasi
Pengobatan reguler dicatat
Informed concent
Pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG
Rekam medik

Komunikasi Intra Operatif
1. Menjelaskan nama pasien
2. Menyampaikan bentuk bedah yang akan dilakukan
3. Menyiapkan alat-alat /instrumen yang diperlukan
4. Menerangkan keterbatasan gerak
5. Menerangkan gangguan akibat bedah
6. Menerangkan tingkat kesadaran setelah operasi
7. Komunikasi tentang perlengkapan operasi.

Perioperatif/Intra Operatif
1. Pengelolaan Keamanan
   Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen
   Mengatur posisi pasien: posisi fungsional, membuka daerah untuk operasi, mempertahankan posisi
   selama tindakan, menmasang alat grounding, menyiapkan bantuan fisik
2. Pemantauan Fisiologik
   Memantau balance cairan
   Membandingkan data normal dan abnormal (vital sign)
   Melaporkan perubahan-perubahan vital sign
   Pemantauan psikologi (sebelum induksi atau bila pasien sadar): menyiapkan bantuan emosional,  
   mempertahankan status emosional, mengkomonikasikan status emosional kepada anggota keluarga
   dari tim kesehatan

Syarat pasien dipindahkan dari Kamar Operasi
1. Vital sign stabil
2. Pasien sudah bangun dan bisa memanggil
3. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi
4. Setelah anestesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih pada daerah terkena anestesi.

Pengkajian Pasien Sekembalinya Dari Kamar Pulih
1. Status respirasi:Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifat, bunyi nafas
2. Status sirkulasi: Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler
3. Status neurologis: Tingkat kesadaran
4. Balutan: Terdapat drain, pipa yang harus dihubungkan dengan slang
5. Kenyamanan.: Terdapat nyeri, muntah, sikaptidur,dan memperlancar sirkulasi
6. Keselamatan:Diperlukan penghalang tempat tidur, bel pasien mudah dijangkau, alat pemantau
   dipasang dan berfungsi
7. Peralatan: Cairan infus, kelancaran/tetesan, sistem drainase

Post Operasi
a. Fase pasca Operasi
Mempertahankan ventilasi pulmonari
Kepatenan jalan nafas
Mengatur posisi
Saluran nafas buatan
Membuang scret
Kesempurnaan ventilasi
Terapi oksigen
Mempertahankan sirkulasi
Hipotensi

Kemungkinan Penyebab Syok pada Pasca Bedah
1. Pemindahan pasien dari meja bedah ketempat tidur
2. Terjadi hentakan pada tempat tidur pasien waktu transport
3. Reaksi terhadap obat dan anestesi
4. Kehilangan darah dan cairan tubuh yang lain
5. Kegagalan jantung
6. Ventilasi kurang sempurna
7. Nyeri
8. Simpatektomi residu dari anestesi konduktif

Persiapan Ruangan/Bangsal untuk Pasien Kembali dari Kamar Operasi
1. Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar pemindahan berjalan lancar
2. Disiapkan cukup selimut (mencegah hipotermi)
3. Ruangan disiapkan
4. Persiapan perlengkapan: tiang infus, tensimeter, alat-alat lain yang diperlukan (bengkok, pembalut, kain gurita, gantungan urine bag)

Penyembuhan Luka
Bentuk penyembuhan luka:
a. Intentionem Primer-> semua lapisan luka ditutup tepat dengan jahitan
b. Intentionem Sekunder -> tepi luka yang tidak bisa dijahit sembuhnya mengisi celah, dimulai dari
    bawah. Luka terbuka kemungkinan infeksi meningkat, sembuh dengan jaringan parut
c. Intentionem Tertier-> luka dijahit setelah bebehari kemudian, jaringan parut lebih banyak

Proses / Fase Penyembuhan
Fase I ( Termasuk respon inflamatori)
a. Penutupan luka( darah membeku)
b. Fagositosis jaringan rusak dan bakteri
c. Pembentukan jaringan fibrin
d. Pembentukan arus darah ke luka

Fase II
a. Kolagen dikumpulkan
b. Regenerasi sel epitel
c. Luka :granulasi jaringan

Fase III
a. Tambahan pengumpulan jaringan
b. Pembuluh darah terjepit
c. Luka : pertumbuhan jaringan menaik tinggi

Fase IV
a. Kolagen menciut dan memadat
b. Luka: membentuk ceruk parut tipis, putih

Intervensi Penyembuhan Luka
1. Memperlancar intake makanan Tinggi Protein dan vitamin C
2. Memperlancar sirkulasi
3. Memberikan obat anti inflamasi
4. Pencegahan infeksi
5. Mengganti balutan bila kotor dan basah
6. Laksanakan tehnik asepsis bila mengganti balutan
7. Menutup balutan dengan kasa kering dan steril
8. Irigasi luka dengan baik membuang kotoran
9. Memperlancar kateter untuk menyedot cairan dari luka. Cairan yang menggenang dalam luka akan memperlambat penyembuhan luka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar